Minggu, 03 Februari 2008

Melaksanakan Amanah



Melaksanakan Amanah Oleh KH. Abdullah Gymnastiar Publikasi : 14/3/2005
“Hai orang-orang beriman, janganlah kalian menghianati Allah dan Rosul (Muhammad SAW) dan janganlah kalian mengingkari amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu sedang kalian mengetahui”(QS Al-Anfal [8]:27). Saudaraku yang baik, kita semua akan sangat kagum dan terharu mendengar kisah bagaimana seorang nahkoda kapal yang sedang tenggelam berupaya sekuat tenaga menyelamatkan para penumpangnya dan dia tidak mau meninggalkan kapal itu sebelum seluruh penumpangnya selamat. Kita pun akan terkesan mengenang perjuangan seorang ibu yang anaknya bandel hingga harus dipenjara. Namun, dia tetap berjuang agar sang anak tak putus asa. Dia terus membangun harapan bahwa hari esok, semua akan menjadi lebih baik. Perbuatan buruk sang anak tentu sangat mencoreng kehormatan orangtuanya. Akan tetapi, semua itu dipikul dengan sabar sebagai betntuk tanggung jawab orangtua. Seburuk apapun kelakuan anak, mau tidak mau dia tetap darah dagingnya sendiri yang wajib dicucuri kasih sayang. Atau, boleh jadi kenakalan anak itu bermula justru dari kelaliannya sendiri dalam Banyak kisah yang membuat kita berdecak kagum yang mendidik anak-anaknya. Bertutur tentang pengorbanan seseorang yang bertangung jawab, walaupun untuk itu dia harus mempertaruhkan nyawa yang hanya satu-satunya yang ia miliki. Pada saat yang sama, kita pun akan sama-sama merasa mual dan dongkol ketika mendengar orang-orang yang tak bertangung jawab. Begitu rendah dan menjijikan sikap tidak bertangungjawab itu. Seorang laki-laki secara tak bertangungjawab merusak kegadisan wanita. Seorang suami berselingkuh dan menyia-nyiakan anak istrinya. Seorang ibu menelantarkan bahkan membunuh bayi yang dilahirkan dari rahimnya sendiri. Pemimpin jahat tidak bertangung jawab atas rakyat. Dia bermegah-megah dan berleha-liha ketika rakyatnya mengerang kelaparan. Seorang guru tak bertangung jawab, mengabaikan tugasnya mendidik generasi muda, seorang pedagang licik mencampur barang baik dengan barang buruk semata hanya karena ingin meraup keuntungan setingi-tinginya. Termasuk yang telah bersusah payah membesarkannya dari kecil. Kita harus mengevaluasi diri, sampai sejauh mana kesadaran kita memikul amanah yang yang diembankan di pundak kita. Sejauhmana kita telah gigih mempertanggung-jawabkan semua itu? Banyak tangungjawab yang sebenarnya harus kita tunaikan. Sebagai manusia kita perlu bertanya, apakah kita berperilaku hewan? Sepanjang hari hanya sibuk memuaskan nafsu syahwat, kekerasan, kebuasan, kelicikan dan aneka perilaku lain layaknya tingkah binatang. Sebagai Muslim kita wajib bertanya, apakah kita benar-benar menjaga kehormatan selaku seorang Islam, ataukah perlaku kita malah mencoreng kemuliaan Islam? Sebagai orang tua, kita perlu meraba hati, jangan-jangan selama ini kita tidak serius mendidik dan memberi tauladan sehingga mereka tumbuh menjadi peribadi-peribadi yang berkahlak buruk. Bisa jadi kitalah yang menjerumuskan anak-anak itu, bukan perilaku mereka sendiri. Oleh sebab itu bila diberi amanah kedudukan dan kekuasaan dengan berjuang serius memajukan kesejahteraan lahir batin seluruh karyawan, memajukan perusahaan dan menguntungkan semua pihak. Dan jangan sekil-kali secara curang mengorbankan amanah untuk kepentingan diri pribadi. Itu adalah ciri khas orang curang yang akan gagal karirnya. Semoga kita termasuk kepada orang-orang yang senantiasa amanah dalam segala hal. Amin. Wallahu a’lam.

Kerendahan hati


Hatiku ...jujurlah... Kalau engkau tak sanggup menjadi cemara yang kokoh di puncak bukitjadilah saja belukar yang teguh di tepi jurangBelukar itu senantiasa istiqomah dalam perjuangannya untuk hidupIa belajar dari kesehariannya untuk mendewasakan batangnya,batangnya yang menyanggahnya untuk tidak masuk ke dalam jurangHatiku...ketahuilah!!! Ternyata untuk menjadi belukar saja itu tidak mudah!!! Belukar harus ikhlas agar ia tak iri pada cemaraBelukar harus tawadhu agar ia tak sombong pada rumputBelukar tetap belukar sampai ia bisa berjumpa dengan PenciptanyaKalau engkau tak sanggup jadi belukar...jadilah saja rumput, tetapi rumput yang senantiasa memperkuat pinggiran jalanKalau engkau tak sanggup menjadi langit...jadilah saja bumi, tetapi bumi yang setia dan ikhlas untuk dipijaki oleh setiap manusia. Tidak semua insan sanggup berbuat seperti pengemis yang tawadhu',izzahnya tinggi walau orang lain merendahkannyakarena ia mempunyai HATI sehingga dekat dengan sang Robbi...